IMN News, Bekasi – Situs pasar emas dan lokasi penemuan benda-benda yang diduga sudah ada sejak 2.000 tahun sebelum masehi atau pada zaman Kerajaan Tarumajaya terletak di Jalan Raya Kampung Pasar Emas, Desa Muara Bakti, Kecamatan Babelan, Kecamatan Bekasi, Kabupaten Bekasi.
Atika (62 ) mengaku merupakan istri dari Almarhum Sakiiudin yang mengetahui asal usul situs pasar emas tersebut.
Atika mengatakan, benda yang ada di rumahnya itu, merupakan peninggalan 2000 tahun silam, sebelum masehi. hal itu diketahuinya setelah ada kunjungan dari peneliti dari jakarta.
“kira-kira tahun 2010 Ada peneliti dari jakarta benda ini peninggalan zaman 2000 tahun sebelum masehi, tapi saya lupa penelitinya dari mana yang jelas dari jakarta,” kata Atika sambil menunjukan benda situs itu, Jumat (4/6/2021).
Wanita kelahiran 60 tahun silam itu mengungkapkan pada tahun 1958, di temukannya Situs Buni Pasar Emas awalnya adanya penemuan emas di situs tersebut.
Ketika itu, Nenek Masnah atau mertua Atika, menemukan ada benda asing di jalan sawah setampak (Galengan) di area persawahan.
“kampung pasar emas dulu itu sebelumnya bernama kampung bendungan,” katanya.
Ia menceritakan, bahwa benda asing tersebut di bawa oleh mertuanya ke rumah sambil diberitahukan kepada anak bungsu yang bernama Dogol.
Setelah benda asing itu dibersihkan dari kotoran lumpur sawah oleh nenek Masnah bersama anaknya tadi, secara kebetulan tetangga nenek Masnah yang berprofesi sebagai tukang emas memberitahukan kepada nenek masna bahwa benda asing itu adalah sebuah emas.
“Nah, Disitu lah mulai ramai warga sekitar, karena waktu itu Dogol mencari kembali emas-emas yang ada di tempat itu,” terang Atika.
Menurutnya, setelah kejadian itulah warga sekitar berbondong-bondong ikut mecari emas di sekitar tempat tersebut, bahkan pembeli atau pengepul emas pun langsung ada dilokasi sehingga mengakibatkan lahan persawahan rusak.
Akhirnya, pemilik lahan sawah tersebut, yang bernama Haji Jarih melarang warga sekitar untuk mencari emas di sawahnya.
“Setelah kejadian itu maka kampung Bendungan di ganti dengan kampung pasar emas hingga saat ini,” singkat cerita, Atika.
Sepengetahuannya, pada masa itu banyak pencari emas datang dari berbagai daerah maupun lokal.
“Tapi sih sekarang karena mungkin warga sekitar sudah banyak bekerja, sudah gak ada lagi yang cari-cari itu,” ujarnya.
Ia berkata, untuk sekarang masyarakat yang berkunjung ke kampung pasar emas itu hanya melakukan kegiatan relegius seperti tawasulan atau lainnya.
Selanjutnya, Atika menyampaikan keinginannya agar tempat itu dibangun dijadikan salah satu situs sejarah yang perlu diperhatikan pemerintah daerah kabupaten bekasi.
“di peringatan hari jadi kabupaten bekasi, saya sih diundang ke pemda,” tuturnya sambil menunjukan plakat penghargaan dari dinas kebudayaan kabupaten bekasi.(IP)